Rabu, 02 Juli 2008
pertobatan
Untuk menjadi orang Kristen seseorang harus memenuhi syarat, syaratnya adalah ada lima hal yang pertama adalah seseorang itu harus mendengar Firman Allah, yang kedua percaya, ketiga bertobat, mengaku,dan yang kelima adalah memberi diri dibaptis.
Selasa, 01 Juli 2008
pertobatan
OLEH: WALTER ROLOS
Ini adalah topik Alkitab yang sangat penting dan banyak di sebut-sebut, sepertiga dari 27 kitab Perjanjian Baru menyebutnya. Mempelajari pertobatan tidaklah sukar tetapi aplikasi dari apa yang di pelajari adalah sangat sulit. Terdapat banyak contoh dalam Alkitab dimana orang di-ajari tentang pertobatan, diberitakan tentang pertobatan, bahkan Tuhan Yesus sendiri menghimbau agar orang-orang bertobat dari jalannya yang salah. Tetapi himbauan ini hanya di dengar saja tanpa ada reaksi untuk melakukannya, Matius 3:2; Markus 1:15; 6:12; Lukas 13:3; 15:7; Kisah Rasul 2:38.
Orang-orang Kristen dan bukan Kristen akan menghadapinya. Tidak ada pepatah yang mengatakan sekali selamat maka akan selamanya selamat atau lazim disebut sekali Kristen akan selamanya Kristen. Setiap orang Kristen harus berdiri teguh dan jangan goyang oleh tipu daya ajaran-ajaran sesat, 1 Korintus 15:58, setia sampai mati dalam mempertahankan imannya, Wahyu 2:10. Tidak sedikit orang Kristen yang jatuh dalam pencobaan, oleh karena itu perlu baginya untuk bertobat dari dosa-dosanya.
Orang-orang berdosa yang selalu hidup dalam perbuatan dosanya pasti akan binasa karena upah dari semua dosa yang telah dilakukan adalah kebinasaan kekal di dalam neraka, 2 Tesalonika 1:8; Yakobus 1:14-15. Pertobatan adalah suatu perintah yang sering di-salah mengerti dan juga sering disebut perintah yang dilupakan. Pertobatan adalah suatu perintah yang paling sukar untuk di taati oleh kebanyakan orang. Melalui pertobatan, Allah memanggil semua umat manusia, apakah itu anggota gereja maupun orang-orang duniawi agar terhindar dari hukuman yang kekal. Ada beberapa hal yang perlu untuk kita ketahui tentang pertobatan, agar setiap orang benar-benar mengetahui apakah pertobatan itu.
Pertama, Apakah pertobatan?
Ada dua istilah kata pertobatan dalam bahasa Yunani, pertama Metamelomai. Enam kali dalam Perjanjian Baru dengan kata kerja (bentuk kata sifat digunakan dua kali) dan ini digunakan dalam Matius 27:3. Ayat ini ditujukan pada Yudas Iskariot. Juga di 2 Korintus 7:8,10. Kata ini berarti penyesalan yang dalam, ini akan membawa seseorang kepada pertobatan yang benar, tetapi dalam kasus Yudas, ia menyesali dosa-dosanya tetapi ia tidak kembali kepada Allah untuk merubah arah hidupnya, ia menjadi tersesat, Kisah Rasul 1:25
Kata yang kedua Metanoeo digunakan 34 kali dalam kata kerja dan 24 kali dalam kata benda. Kata ini digunakan dalam Perjanjian Baru untuk mencatat kesungguhan pertobatan, yang menunjukkan bahwa orang berdosa harus membuat “perubahan rohani”. Di dalam kata ini adanya “Perubahan pikiran”, menghasilkan “perubahan kelakuan” ini melibatkan berpaling dari dosa dan kembali kepada Allah.
“Perubahan pikiran” dari mereka yang mulai membenci kesalahan-kesalahan dari perbuatan mereka dan menentukan untuk berusaha hidup lebih baik dengan perbuatan yang benar.
Ada dua pandangan dalam pertobatan yaitu positif dan negatif.
Yang negatif antara lain: Pertama ialah Bukan ketakutan (Kisah Rasul 24:25) - Felix gemetar tetapi tak ada dasar untuk percaya dan bertobat. Kemudian yang kedua ialah Bukan dengan berdoa (Matius 7:21; Lukas 13:3); ketiga Bukan dengan pendirian (Kisah Rasul 2:37), ke-empat, Bukan duka cita karena dosa (2 Korintus 7:10) - Duka cita Ilahi membawa pada pertobatan, tetapi itu sajabelum cukup, dan ke-lima ialah Bukan reformasi kehidupan (Lukas 3:7,8). Reformasi hidup di-hasilkan oleh pertobatan.
Yang positif: Pertama ialah Perubahan pikiran yang akan menghasilkan duka cita Illahi dan hasilnya pertobatan dalam tindakan kehidupan, Matius 21:28-29. Kedua ialah Menyesali. Orang berdosa harus menyesali perbuatannya telah berdosa melanggar hukum Allah kemudian merubah kelakuannya dan kelihatan dalam kehidupannya, Matius 3:8; Kisah Rasul 19:19.
Kedua, Pertobatan adalah penting karena Yesus memberi dua pilihan antara bertobat atau binasa (Lukas 13:3).
Neraka adalah tempat yang sangat mengerikan, tidak ada pertobatan yang akan di-berikan di tempat ini. Oleh sebab itu Allah memerintahkan agar semua orang dimanapun berada agar bertobat, Kisah Rasul 17:30-34. Inilah cara Allah dalam menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan kekal.
Ketiga, Bagaimana dan mengapa bertobat
Allah menginginkan semua manusia terhindar dari kebinasaan, karenanya Ia memberi jalan bagi manusia untuk selamat yaitu melalui FirmanNya yang diberitakan. Semua orang harus respon atas panggilan FirmanNya dengan melakukan tuntutan FirmanNya (Kisah Rasul 11:18; Roma 2:4-7) Duka cita Ilahi membawa pada pertobatan (2 Korintus 7:10) dan ini datang melalui takut akan Allah yang memberikan pengetahuan bahwa kehidupannya selama ini adalah salah, Amsal 1:7; 2 Korintus 5:10.
Ke-empat, Apakah hasil dari pertobatan?
Orang jahat akan meninggalkan perbuatannya yang jahat. Ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan besar dalam hidupnya. Dia akan mencintai Allah, melakukan apa yang di-perintahkan oleh FirmanNya dan membenci perbuatan-perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Hal ini akan mendatangkan kebaikan juga kepada orang lain, karena ia akan mencintai sesama saudara seiman dan mendorong orang berdosa agar meninggalkan dosa dengan mengajar Firman Allah. Tentu saja ia harus terus bertambah dalam iman dan perbuatan serta setia sampai akhir hidupnya, inilah kemenangan setiap orang Kristen.
inspirasi
Oleh: Timbul Sirait
Bila kita berbicara tentang “inspirasi” Alkitab seringkali yang muncul dalam pemikiran kita bahwa kata ini ditujukan untuk menggambarkan kualitas dari penulis dari pada tulisan itu sendiri.
Namun sebenarnya kata ini dengan jelas memberi arti utama pada tulisan itu sendiri. Jikalau kita memperhatikan definisi dari kata inspirasi dalam beberapa bahasa, maka kita akan mengerti dengan jelas kemana arah utama dari kata ini.
Dalam bahasa latin, kata “inspirasi” berasal dari dua kata yaitu in dan spiro yang berarti menghembuskan ke dalam. Dalam bahasa Ibrani kata inspirasi adalah Neshama dan Nismah yang berarti nafas. Dalam bahasa Yunani yang tertulis dalam 2 Timotius 3:16 “.... segala tulisan yang diilhamkan Allah” pasa graphe theo-pneustos, berarti Allah menafasi.
Alkitab adalah diberikan melalui inspirasi Allah. Kata-kata yang ada dalam Alkitab itu adalah inspirasi (nafas) Allah.
Dalam ayat di atas secara harfiah disebutkan bahwa Allah menafasi, artinya diinspirasikan oleh Allah. Disini digambarkan bagaimana tulisan itu datang. Tulisan itu adalah produksi dari aktifitas yang kreatif dari nafas Ilahi. Walau manusia yang menulisnya, namun Allah-lah yang membawanya kepada kenyataan. Isi dan sifat dari tulisan itu sendiri telah ditentukan melalui kuasa dari Roh. Hal demikian inilah yang membuat tulisan itu layak untuk mengajar, menegur, memperbaiki dan mendidik orang pada kebenaran.
Ide tentang “nafas Allah” atau “nafas Illahi” telah cukup dikenal dalam dunia Perjanjian Lama. Hal itu merupakan sebuah perbandingan (metafora) dalam mengaplikasikan aktifitas Ilahi, khususnya Roh Kudus. Mazmur 33:6, “Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.” Ayub 33:4, “Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.”
Teori-teori tentang inspirasi
Masalah terbesar dalam sejarah penerimaan Alkitab adalah keraguan orang tentang keabsahan Alkitab yang semuanya adalah dinafasi Allah. Si A berkata, “Oh ya, Alkitab itu Firman Allah tetapi tidak semuanya.” Si B berkata, “Alkitab itu adalah sebagian perkataan Allah dan sebagian lagi perkataan manusia.”
Dari keraguan dan kesalahan pengajaran dan keyakinan itu, maka muncullah beberapa teori tentang inspirasi.
1. Inspirasi Natural.
Teori ini mengajarkan bahwa Alkitab itu ditulis oleh orang baik dan setia. Mereka tidak dibimbing oleh Roh Kudus. Namun orang-orang ini adalah orang jenius dan bermoral tinggi. Dari ajaran ini kemudian berkembang sebuah keyakinan bahwa tulisan orang-orang terkenal, penginjil-penginjil besar adalah diinspirasikan oleh Allah.
2. Inspirasi Konsep.
Mengajarkan bahwa Allah memberikan pemikiran kepada para penulis dan mengizinkan mereka bertahun-tahun kemudian untuk mengungkapkan kembali pemikiran tersebut dalam kata-kata sendiri sesuai dengan buah pemikiran mereka.
3. Inspirasi Parsial.
Alkitab itu diinspirasikan (diwahyukan, diilhami) beberapa bagian tertentu saja.
4. Inspirasi Okasional.
Mengajarkan bahwa penulis Alkitab diinspirasikan oleh Allah kadang-kadang saja. Pada waktu mereka menulis tidak selamanya mereka dibimbing oleh Roh Kudus sehingga kadang-kadang mereka bisa terpengaruh oleh buah pemikiran mereka sendiri.
5. Verbal Dictation
Mengajarkan bahwa setiap kata yang ada dalam Alkitab itu adalah di diktekan oleh Allah. Seorang penulis itu bagaikan “mesin tik” artinya personalitas mereka tidak akan muncul dalam tulisan mereka.
Kita bisa bingung bila melihat pernyataan dari konsep-konsep palsu di atas. Namun ada hal yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita bahwa dalam kebenaran tiada jalan tengah. Sesuatu itu pasti kasus atau bukan kasus. Sebuah garis itu lurus atau tidak lurus. “Alkitab itu diiinspirsikan oleh Allah, atau tidak diinspirasikan oleh Allah” jadi hanya ada dua pilihan. Bila tulisan dalam Alkitab itu tidak diinspirasikan oleh Allah, maka hal itu hanyalah produksi manusia belaka.
Paulus berkata, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:16, 17). Alkitab memastikan inspirasinya sendiri tanpa meragukan.
Pengajaran yang benar tentang inspirasi
Inspirasi Pleanary dan Inspirasi Verbal.
Plenary berarti penuh, komplit, keseluruhan dari tiap-tiap bagian. Inspirasi Plenary menjelaskan bahwa setiap bagian dari Alkitab itu diwahyui/mendapat wahyu yang sama, tidak ada yang berat sebelah.
Inspirasi verbal mengungkapkan bahwa dokumen asli dari Alkitab telah dituliskan oleh manusia, dimana mereka diizinkan untuk menuliskan sesuai dengan kepribadian dan talenta yang mereka miliki. Namun saat mereka menulis, mereka berada di bawah pengawasan dan bimbingan Roh Kudus. Hasilnya setiap kata yang ada dalam naskah asli adalah yang sempurna dan tanpa kesalahan dan tepat seperti apa yang diinginkan Allah untuk diberikan kepada manusia.
Mari kita perhatikan lebih teliti lagi 2 Timotius 3:16. “Tiap-tiap kitab yang diwahyukan Allah (TL), pasa graphe theopneustos (all scripture God-breathed).
Dalam teks ada sesuatu yang dikatakan dinafasi oleh Allah yaitu tiap-tiap “kitab” yaitu kitab yang dituliskan.
Yang dituliskan itu adalah perkataan dalam Alkitab yaitu nafas Allah. Inilah yang disebut dengan konsep inspirasi verbal.
Dalam Perjanjian Lama lebih dari 3800 kali disebutkan bahwa kitab itu adalah Firman Allah. Contoh, Keluaran 17:14; 2 Samuel 23:2; Yeremia 1:9. Yesus sendiri dengan jelas menganut konsep inspirasi verbal seperti yang Dia katakan dalam Matius 5:17, 18:"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi”.
Iota adalah huruf terkecil dalam bahasa Yunani. Disini Yesus mengungkapkan keyakinan yang teguh bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu Ilahi, sebab itu setiap perkataan memiliki arti yang rohani.
Kristus berjanji pada murid-muridNya bahwa perkataan akan pengabaran Injil akan diberikan pada mereka (Matius 10:19). Paulus memberi fakta melalui tulisannya bahwa apa yang dia tuliskan adalah perkataan Allah (1 Korintus 11:23).
Catatan akhir:
1. Frank E.G., The Meaning Of Inspiration (dalam Essay In Apologetics by Berth Thomson Ph.D & Wayne Jackson M.A.), page 168.
2. Way Jackson M.A., The Holy Scriptures - Verbally Inspired (dalam Essay in Apologetics), page 169.
3. R.A. Finlayson, Contemporary Ideas Of Inspiration (dalam Revelation and The Bible), hal 222.
AA
Anugerah Allah
Oleh: Victor Nainggolan
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-dua tahun 1991 halaman 50, menyatakan bahwa Anugerah adalah “Pemberian dari pihak atas (orang besar) kepada orang bawah (orang rendah)”.
Definisi anugerah di dalam bahasa Indonesia ini harmonis dengan definisi di dalam bahasa Inggris. Definisi di dalam bahasa Inggris ini di-ambil dari bahasa asli (Yunani) yaitu “Charis” yang berarti “Free gift” (pemberian cuma-cuma). Definisi ini berdasarkan konkordansi Yunani Inggris karangan J.B. Smith halaman 372, 5385.
Berbicara tentang anugerah, Alkitab menyatakan adanya dua jenis Anugerah Allah kepada manusia, pertama yaitu anugerah secara jasmani - Anugerah ini berhubungan dengan hal-hal yang diberikan Allah demi kesinambungan hidup manusia secara jasmani, misalnya: Matahari dan hujan, Matius 5:45. Ke-dua unsur ini merupakan unsur yang bersifat mutlak yang merupakan sumber berkat-berkat jasmani lainnya. Matahari dan hujan merupakan karunia Allah karena Adam yang merupakan manusia pertama tidak meminta matahari ataupun hujan kepada Allah. Allah menciptakan matahari dan benda-benda angkasa lainnya pada hari ke-empat sedangkan Adam di ciptakan pada hari ke enam, Kejadian 1:14-17; 26-27. Jelaslah bahwa matahari dan hujan adalah anugerah Allah secara jasmani dan mayoritas mengakuinya.
Anugerah Allah yang ke-dua adalah anugerah Allah secara rohani yaitu pemberian yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat rohani. Paulus dengan jelas berkata bahwa kita mendapatkan segala karunia rohani di dalam Yesus Kristus, Epesus 1:3. Ayat ini merupakan bukti bahwa adanya berkat-berkat rohani yang di peroleh manusia. Berkat-berkat rohani yang dimaksud adalah: Doa (Yohanes 16:15); Persekutuan dengan Allah (1 Yohanes 1:5-7); Pengharapan (Epesus 2:12) ; Mahkota hayat (Wahyu 2:10) dan keselamatan (Epesus 2:8). Dalam artikel ini saya akan memusatkan perhatikan kita kepada “Keselamatan sebagai anugerah Allah”.
Dalam teks di-atas rasul Paulus ingin menunjukkan bahwa karena Allah mengasihi manusia sehingga Allah memberikan keselamatan kepada manusia. Hal itu harmonis dengan Yohanes 3:16, “Karena demikianlah Allah mengasihi isi dunia ini, sehingga dikaruniakanNya anakNya yang tunggal itu, supaya barang siapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Walaupun Yohanes dengan jelas menuliskan bahwa keselamatan itu merupakan anugerah, namun banyak sekali orang yang mengaku bahwa mereka selamat karena “usaha mereka sendiri.” Saya menyimpulkan itu karena mereka mengatakan bahwa jikalau mereka berbuat baik selama hidup mereka, maka mereka akan selamat. Memang berbuat baik berhubungan erat dengan keselamatan, Galatia 6:9-10, tetapi berbuat baik saja selama hidupnya tidak menjamin bahwa dia akan selamat. Semua yang selamat sudah pasti berbuat baik di dalam hidupnya, karena berbuat baik adalah salah satu hukum Allah yang harus di lakukan. “.... imanmu tambahkan dengan ketaatan dan ketaatanmu tambahkan dengan kebajikan /perbuatan-perbuatan baik”, 2 Petrus 1:5-9, tetapi di lain pihak tidak semua orang yang berbuat baik akan selamat, baca Kisah Rasul 10:1-6; 48. Kornelius yang suka berbuat baik harus di baptis untuk jalan keampunan dosa, Kisah Rasul 2:38.
Di dalam kitab Epesus 1:4 Paulus menyatakan bahwa sebelum dunia di-ciptakan berarti sebelum manusia di-ciptakan dan dosapun belum ada, namun Allah telah menetapkan bahwa manusia akan mendapat kesucian (pengampunan dosa di dalam Yesus Kristus). Jelaslah bahwaanugerah Allah yaitu keselamatan di dalam Yesus Kristus merupakan “Pemberian cuma-cuma” - diberikan karena melihat kebutuhan dan bukan karena diminta oleh penerima pemberian itu.
Di lain pihak banyak orang salah mengartikan makna keselamatan sebagai anugerah Allah. Calvin (pendiri gereja Calvin) dan pengikut-pengikutnya percaya bahwa karena keselamatan itu adalah pemberian cuma-cuma, maka keselamatan itu akan diberikan Allah kepada seseorang yang Allah inginkan tanpa harus orang tersebut melakukan sesuatu usaha. Paham semacam ini disebut dengan “Pilihan tanpa syarat.”
Paham ini bertentangan dengan prinsip kebenaran yang telah ditetapkan Allah. Siapapun yang percaya dengan konsep ini, berarti orang tersebut perlu lagi mengulang membaca Epesus 2:8. Di dalam ayat tersebut dengan jelas dinyatakan bahwa keselamatan itu memang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma (anugerah) tetapi manusia harus melakukan suatu tindakan agar memperoleh anugerah tersebut yaitu “Iman”.
Beriman kepada Kristus merupakan tuntutan yang harus di-taati oleh seseorang agar mendapat anugerah keselamatan itu, Yohanes 3:16; Roma 10:13. Karena kita harus beriman kepada Kristus (berarti kita melakukan sesuatu) untuk mendapatkan keselamatan sebagai anugerah Allah berarti hal itu telah menunjukkan bahwa kita melakukan sesuatu usaha. Tetapi bukan pula karena kita dituntut untuk melakukan usaha tertentu lalu kita simpulkan bahwa keselamatan itu adalah usaha kita sendiri.
Keselamatan adalah anugerah Allah dengan mengorbankan Yesus Kristus. Keselamatan itu hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang percaya kepadanya, sebab itu tidak ada seorangpun dengan kekuasaan dirinya sendiri dia selamat. Marilah kita bersyukur dan memberi segala hormat kepada Allah Bapa di surga atas anugerahNya yang begitu besar baik secara jasmani maupun rohani.